Usaha Keren, Gula Semut Aren
Gula Semut Aren – Gula Aren Bubuk
Segala sesuatu yang serba organik tengah digandrungi masyarakat. Entah itu sayuran atau buah-buahan. Fenomena tadi tentu menjadi peluang bagi pebisnis. Seperti yang dilakoni Indrawanto dengan merintis usaha gula semut aren. Gula yang juga dikenal sebagai gula bubuk aren.
Kegiatan usaha itu dimulai sejak Desember 2005. Ketika itu, Indrawanto yang pernah berkarier selama 20 tahun di perusahaan swasta ternama, mendirikan CV Diva Maju Bersama. UKM yang memproduksi Diva’s Palm Sugars, gula semut aren ( gula aren bubuk) dengan modal awalnya Rp 200 juta.
“Sudan saatnya saya berdikari,” ujamya mantap pada Agro Indonesia, mengenang tekadnya untuk berwirausaha.
Dia terjun ke bisnis aren karena bahan baku-nya mudah didapat. Apalagi Indonesia memiliki aren yang melimpah. Itu sebabnya, urusan bahan baku pihaknya tidak kesulitan. Dalam sebulan dipasok rata-rata 20-30 ton dari petani daerah sekitar Jawa Barat dan Tengah.
Tentang Pohon Aren
Sekadar informasi, pohon aren tumbuh di sepanjang daratan Asia Selatan, Papua Nugini dan utara Australia. Tanaman yang tingginya antara 10-30 meter ini memiliki 20 famili. Di Indonesia sendiri dikenal tiga jenis yakni Aren (Arenga Pinnata), Aren Gelora (Arenga Undulatifiola) dan Aren Sagu (Arenga Micracarpa).
Selain itu, aren termasuk pohon serbaguna. Mirip kelapa karena hampir semua bagiannya bisa dimanfaatkan. Sebut saja mulai dari tandan bunga, buah, daun, batang, akar sampai ijuknya, Nah, yang dijadikan bahan baku gula semut adalah tandan bunga jantan yang disadap niranya. Sedangkan tandan bunga betina menghasilkan kotang-kaling.
Gula Aren Bubuk Alami
Dapur usahanya yang berada di Serpong Tangerang dan mengkaryakan 4 orang itu mengeluarkan dua macam gula aren. Ada gula aren cair , gula cetak dan ada pula gula aren bubuk. Pada prinsipnya, kata Indrawanto, gula aren cetak atau bubuk sama saja. Bedanya, yang dicetak memiliki kelemahan, jika kurang baik penyimpanannya paling banter tahan sebulan
karena bisa bulukan. Yang bubuk tahan dua tahun, asal disimpan di tempat yang kering. Begitu pun yang cair karena diproses secara higienis dengan tehnik tertentu, bisa awet sampai satu tahun selama botolnya tidak terbuka.
Yang pasti, Arenga Palm Sugar memenuhi kebutuhan masyarakat yang memiliki kesadaran tinggi terhadap kesehatan. Berasal dari tanaman yang menerapakan sistem organis. Diproses tanpa melibatkan campuran bahan kimia apapun. “Niranya disadap dari tanaman aren yang tumbuh alami di lereng-lereng bukit dan hutan. Mereka dirawat tapi tanpa melibatkan pupuk kimia atau pestisida buatan manusia. Jadi produk ini pantas disebut gula organik,” paparnya.
Keunggulan lainnya, tambah Indrawanto, Arenga Palm Sugar produk organik. Jadi sehat dan aman untuk dikonsumsi sehari-hari ketimbang gula pasir misalnya. “Kadar manisnya 80% lebih rendah dibandingkan dengan gula pasir,” katanya.
Gula Semut Aren Untuk Berbagai Keperluan
Itu sebabnya, menurut pria kelahiran Lampung 1961 ini, gula semut aren buatannya cocok untuk pemanis segala rupa minuman. Misalnya teh, kopi, susu, es kelapa muda dan lainnya. Juga campuran yang pas untuk roti, wafer, biskuit dan makanan bayi. Bahkan memperkuat khasiat dan cita rasa racikan herbal. Seperti seduhan jahe, kunyit asam, sari temulawak dan mengkudu.
Namun meski demikian, yang namanya usaha tentu ada tantangannya. “Semula gula semut Aren dianggap eksklusif karena harganya mahal. Tapi seiring dengan naiknya gula pasir tentu anggapan tadi tidak berlaku lagi. Jadi ke depan, gula ini bukan hanya dikonsumsi masyarakat menengah atas saja tapi menjangkau semua lapisan,”ujarnya optimis.
Harga Gula Semut Aren
Memang soal harga, sedikit lebih mahal dibandingkan harga gula pasir biasa yang berkisar Rp6.000 an/kg. Produk gula semut yang cetakan dibandrol Rp7.500-Rp9.000 perkilo. Tergantung kualitas, standar atau super. Yang bubuk dihargai Rp8.500-Rp 11.000 perkilo. Tergantung kadar air. (Harga gula semut tahun 2006 -Red)
Walaupun mahal, namun produknya tetap laris manis, Dalam sebulan kapasitas produksinya yang mencapai 30 ton. Sekitar separuhnya mampu diserap berbagai industri makanan. Pelanggannya ada 6 pabrik yang tersebar di Tangerang dan Jakarta. Keuntungannya? Ayah dua anak ini merahasiakannya. “Bisa satu atau dua digit,” katanya enggan. Yang pasti, bisnis gula semut amat manis.
$ Fenny
Selamat Sukses bagi Ibu Evi dengan DIVA’S PALM SUGARnya. Aren memang punya prospekyang sangat bagus. Awalnya kami juga nggak yakin, namun setelah melihat langsung di kebun petani mendengarkan cerita para petani, melihat kiprah DIVA’S PALM SUGARnya Ibu Evi keyakinan bahwa pohon Aren punya prospek emas.
Prospek emas si pohon Aren sebenarnya sudah diperkenalkan oleh Kanjeng Sunan Bonang, seorang waliulloh penyebar Agama Islam di Pulau Jawa. Konon beliau waktu itu dirampok/ dibegal oleh berandal Lokajaya yang menginginkan harta dari Kaneng Sunan Bonang. Singkatnya menurut alkisah, beliau menunjuk pada pohon Aren dan mengatakan bahwa kalau ingin harta banyak lihatlah pohon Aren itu. Maka berandal Lokajaya itu melihat emas di pohon Aren tersebut. Buahnya laksana emas yan bergantungan.
Emas adalah lambang kemakmuran dan kesejahteraan, bahkan lambang kemewahan. Ternyata baru awal tahun 2000-an ini para ahli bangsa Indonesia baru menyadari isyarat tersembunyi ataurahasia emas si pohon Aren. Kanjeng Sunan memang tidak menjelaskan secara jelas, namun kiranya Tuhan Yang Maha Latif mengajarkannya melalui ilmunya seorang Wali yaitu Kanjeng Sunan Bonang kepada berandal Loka Jaya.
Ternyata emas itu berasal dari Nira Aren yang keluar dari hasil sadapan tangkai bunga, baik dari tangkai bunga betina maupun tangkai bunga jantan. Pohon yang sudah maksimal pertumbuhan vegetatifnya (sekitar umur 6 tahun kalau tumbuh liar atau alami) akan mengeluarkan bunga betina sampai dengan 6,8 atau 12 tandan bnga betina. Ada juga pohon Aren yang tidak pernah mengeluarkan tandan bunga betina, namun langsung dari awal masa generatifnya hanya tandan bunga jantan saja sampai akhir.
Tandan bunga pertama muncul dari bagian paling atas pohon kemudian tandan berikutnya muncul dari ketiak pelepah daun yang berada di bawahnya. Tandan bunga selanjutnya muncul terus menerus bergantian dari atas menuju ke bawah sampai pada bekas ketiak pelepah daun terbawah.
Dari seorang petani Aren yaitu Bapak Sarman di Mambunut Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur diketahui bahwa ternyata tandan bunga betina yang biasanya mengeluarkan buah kolang-kaling, bisa disadap air niranya. Bahkan hasil nira dari tandan bunga betina ini hasil sadapannya mencapai 40 liter Nira setiap hari per pohon. Setiap hari dilakukan dua kali sadap, yaitu pagi sekitar jam 7.00 dan sore sekitar jam 17.00. Hasil sadapan pagi biasanya lebih banyak dari pada yang sore hari. Keluarnya nira yang paling deras terjadi pada waktu sekitar jam 03.00 s/d jam 04.00 dini hari. Dia mengilustrasikannya, bahwa seperti manusia kalau dia kedinginan keringatnya kurang tapi kencingnya yang banyak.
Kalau seandainya pohon Aren ini dikebunkan seperti sang pendatang dari Brazil, yaitu Kelapa Sawit, dengan bibit yang unggul, pemeliharaan yang intensif, pemupukan yang cukup, pengelolaan menejemen kebun yang memadai. Tentu hasilnya akan lebih baik dari pada yang sekarang ini dihasilkan dari pohon yang alami bahkan yang tumbuh liar dengan jarak yang tidak beraturan.
Dengan memakai asumsi produksi yang alami saja misalkan 10 liter nira/hari/pohon; jika 100 pohon yang disadap setiap harinya (dari populasi 250 pohon setiap hektar), maka akan diperoleh nira 1.000 liter/hari/ha. Rendemen gula merah dari nira sekitar 20-26,5 %, artinya dari 1.000 liter maka akan diperoleh sekitar 200-265 kg gula merah setiap hari. Kalau harga di tingkat petani Rp 5.000/kg, maka setiap hari pendapatan kotor petani aren dengan areal 1 hektar akan memperoleh sekitar Rp 1.000.000/hari/ha sampai dengan Rp 1.325.000/hari/ha.
Tentu pendapatan itu masih dikurangi dengan biaya tenaga sadap sebanyak 3-5 orang, tenaga pengolah gula 1-2 orang. Berarti setiap hektarnya kebun sudah menyerap tenaga kerja antara 4-7 orang, memberi pendapatan kepada petani pemilik yang demikian besar.
Bukankah ini yang dimaksud dengan kemakmuran, yaitu petani dengan pendapatan tinggi, tidak ada lagi pengangguran, roda ekonomi di pedesaan akan berjalan lagi ……. yaaaa… prospek emas dari pohon Aren itu akan menjadi kemakmuran dan kesejahteraan bagi penduduk negeri, seperti isyarat sang Waliulloh Kanjeng Sunan Bonang.
Kalau berminat kembangkan Aren skala luas bisa hubungi kami
Waduh hebat nih, setelah Sumut, jadi tambah lengkap cerita legenda tentang pohon aren. Mohon ijin Pak/Ibu Dian Kusumanto, untuk saya tampilkan di halaman muka blog ya? Terima kasih