Daun Selatri Pengawet Nira Alami
Daun selatri pengawet nira alami ini. Beredarnya gula merah atau gula aren berpengawet kimia sintetis dengan kadar bisa membahayakan tubuh manusia sudah jadi rahasia umum. Hanya saja konsumen tak berdaya menghindari hal itu karena terbatasnya pengetahuan. Maka ARENGA mencoba memberi solusi dengan menghadirkan gula aren atau palm sugar organik, sebagai sebuah alternatif pilihan diantara berbagai kecurigaan terhadap kandungan berbahaya yang terdapat dalam pemanis nira ini. Nira sebagai bahan baku memang mudah sekali rusak yang jadi jalan masuk bagi kehadiran pengawet. Alih-alih menggunakan zat kimia sintetis, para petani yang terlibat dalam proyek gula aren organik ARENGA menggunakan bahan alami. Salah satunya adalah daun selatri.
Tanaman Selatri |
Daun selatri pengawet nira alami ini hanya salah satu penunjang. Pengawet alami lain yang digunakan adalah daun parengpeng, akar dan kulit kawao, tatal kayu nangka, kulit kayu manggis, dan kulit duku.Tergantung kedekatan tempat tumbuh tanaman itu dari tempat tinggal petani juga kemudahan akses dalam memperolehnya. Namun hampir sebagian besar petani ARENGA menanam sendiri berbagai tanaman pengawet alami itu di kebun mereka.
Daun selatri sendiri merupakan nama lokal. Fungsinya mencegah agar nira tak cepat basi atau berubah jadi asam. Sebab kalau sudah asam tak bisa dibuat gula lagi. Maka gula merah non-organik biasanya menggunakan bisulfit guna mencegah peragian. Nah setelah dicuci bersih daun selatri diremas lalu dimasukan ke dalam bumbung (lodong) bambu penampung nira. Dalam takaran tertentu daun selatri mampu mempertahankan kesegaran nira sampai 7 jam, yang berarti tetap ideal untuk pembentukan kristal gula aren atau gula semut organik saat diproses.
Nira Menetes dari Tangkai Bunga Jantan Aren ditampung tabung bambu |
Mengapa Nira Perlu Pengawet?
Karena nira memiliki kandungan zat makanan atau gizi yang sangat tinggi yang membuat mereka jadi tempat ideal bagi perkembangan mikroba berupa jamur atau bakteri.
Begitu bebas dari bekas sayatan dan menetes keluar dari tandan bunga, nira langsung bersentuhan dengan udara bebas. Kemudian jatuh ke dalam wadah penampung atau bersinggungan dengannya. Kalau udara dan wadah penampung sudah ada mikroba berupa jamur maka fermentasi pun langsung terjadi. Itu lah mengapa dalam proyek gula aren organik ini setiap petani diwajibkan mensterilkan bambu penampung sebelum digunakan.Caranya dibilas dengan air bersih kemudian pengasapan lodong di atas tungku.
Daun Selatri |
Adapun jenis-jenis Bakteri yang dapat tumbuh pada nira adalah :
• Bacillus subtillis,
• Baterium aceti, juga spesies Micrococcus yaitu Escherichia,
• Sachromo bacterium,
• Flavobakterium,
• Leuconostoc mesenteroides,
• L. dextranicum, merupakan bakteri penyebab terbentuknya lendir,
• Lactobacillus plantarum,
• Sarcina dari genus Pediococcus,
• Acetobacter.
Kecepatan fermentasi akan menyebabkan mutu nira turun. Proses fermentasi membuat zat gula yang terkandung dalam nira akan dirombak oleh enzim. Maka terjadi lah asam dan alcohol dan nira aren akan terasa sedikit pahit. Semakin lama proses fermentasi maka semakin banyak pula zat asam yang terbentuk, semakin banyak terjadi perombakan gula, artinya gula semakin sedikit, dengan demikian angka pH (keasaman) semakin rendah. Kalau sudah berubah jadi cuka tak bisa dibuat gula.
(Sumber: Pak Dian Kusumanto)
Pernah mendengar tentang daun selatri pengawet nira alami ini, teman? Ada yang tahu nama resmi atau latin mereka?
Terima kasih.
Kontak Arenga Indonesia. Indrawanto. WA 0819 3241 8190
saya belum pernah tau neh
Dan ini hebatnya bertanya di dunia online. Barusan sudah ada yang menjawab bahwa tanaman ini juga disebut Slatri nama latinya Callophylum Soulattri. Terima kasih ya kawan Rizal 🙂
Pengawet dari bahan yang alami ya Mba ?
Salam
bahkan nama daun selatri baru sy dengar di sini, Mbak 🙂
Mbak Evi…halo!
Smoga sehat-sehat ya, maaf banget saya baru datang lagi sekarang 🙂
Jadi inget beberapa hari yang lalu, saya dikirimin kakak ipar agar-agar yang gula merahnya pakai gula aren…duh, mbaaak…rasanya enak banget, nggak terlalu manis, tapi sangat gurih…
Trima kasih informasinya lewat tulisan ini, mbak…kangeeeen 😀
Iya Pak Indra. Satu lagi kearifan lokal, peninggalan nenek moyang yang perlu di lestarikan 🙂
Hallo Mbak Irma, sibuk ya jalan-jalan maka baru muncul lagi.
Agar-agar gula merah itu, aku sepakat, enakanya sampai ke potongan terakhir. Kalau seluruh manisnya datang dari gula merah alami, gak usah kuatir terhadap rasa manisnya deh. Di tanggung aman 🙂
Nah saya kalau bukan dari petani aren, juga tak tahu Mbak Myr 🙂
kalo di tempatku banyak pohon slatri, buahnya juga enak, daun yang masih muda rasanya agak asam
Tabeek saja kita Mbak Linda 🙂
Aku juga baru tau ada daun ini 😀
Saya sempat terkecoh dengan judulnya. Saya kira tadi daun Seledri. Terima Kasih sudah berbagi. Izin menyimak dulu . Salam dari Pontianak
Saya juga belum pernah tahu daun Selatri itu Mbak Evi.. kok mirip dengan nama tante saya ya…Sulatri.. he he