Pangek Masakan Minang Kaya Rempah
Hari sudah menjelang sore. Di belakang dapur, tepi kolam, saya asik merenungi lumpur kolam ikan yang baru saja dikeringkan. Gelembung udara terkadang meletus dari lumpur lembut kecoklatan seperti bubur. Sedikit genangan air sewarna dengan lumpur masih menyisakan bebera ikan batok, kepalanya bertonjolan membentuk bulatan-bularan seperti kelereng.
Beberapa menit lalu tempat itu kalang kabut dengan anakan ikan mas sebesar ibu jari. Mereka bertabrakan dengan ikan mas sebesar telapak tangan, ikan tawas, dan batok. Koloni ikan di kolam ini sedang panik. Air terus mengecil, tangguk paman saya tak berhenti meraup, memindahkan ke tempat penampungan. Di sisi kolam panen, asisten paman langsung memisahkan anakan ikan dengan ikan-ikan lebih besar.
Baca juga di sini Kaidah-Kaidah Makanan Sehat dan Tepat
Ikan-ikan kecil akan langsung dibawa ke pasar. Ikan besar nanti akan dilepas lagi, setelah kolam kembali dialiri. Beberapa ekor harus dibantai untuk mengisi perut kami.
Pangek dan Kenangan Masa Kecil
Saat panen masih berlangsung di kolam, nenek sibuk di dapur. Di atas cobek batu ia menggiling cabe bersama jahe, kunyit, lengkuas, bawang putih dan bawang merah. Terakhir ia menambahkan kemiri. Ya ia akan membuat pangek sore ini.
Ikan tawas dan ikan mas sebesar telapak tangan sudah terpotong sempurna dibaluri garam dan jeruk yang dipetik di depan rumah.
Baca juga di sini : Pengawet Makanan Alami dan Kearifan Lokal
Pangek adalah teknik memasak khas Minangkabau. Bumbu yang telah dihaluskan akan diencerkan dengan air lalu dituangkan ke dalam belanga tanah yang sudah dialas kacang panjang dan potongan ikan di atasnya. Untuk memasak belanga tanah liat ditaruh di atas tungku kayu sampai bumbu mengental bahkan cenderung kering.
Memetik Rempah dari Kebun Sendiri
Berbeda dengan saya yang membeli semua bumbu dapur di pasar, hampir semua rempah yang gunakan nenek membuat pangek diambil dari kebun sendiri. Kunyit tumbuh di pematang kolam. Karena cukup matahari dan humus tanah baik, baik umbi maupun daunnya segar dan besar. Jahe dan lengkuas tumbuh di lahan yang terletak di sebelah kiri saya duduk saat itu. Ditanam diantara cabe, tomat dan terung ungu.
Ketika pekarjaan paman hampir selesai, kami anak-anak baru diijinkan memasuki kolam. Mencari ikan lele dan ikan batok yang bersembunyi berselimutkan lumpur lunak seperti bubur.
Sementara dari dapur Pangek nenek sudah menghantam-hantam penciuman, mengundang siapapun agar cepat naik dan mencari piring.
Tehnik Memasak Pangek Warisan
Sampai detik pangek masih jadi salah satu makanan favorit saya. Entah jejak rasa atau memang lidah saya terbiasa dengan rempahnya, di waktu senggang saya berusaha membuat pangek sendiri di rumah. Kalau malas minta dibuatkan oleh kakak.
Tapi tehnik memasak pangek saya jauh berbeda dengan nenek. Saya menggunakan kompor gas dan periuk stainless. Sementara bumbu-bumbu berusaha menggunakan rempah segar yang dibeli dari pasar.
Gimana rasanya?
Ya beda lah! Pangek saya sekadar penghilang rindu, bukan pangek yang sebenarnya seperti bikinan nenek 🙂
Leave a Reply